Rabu, 01 Agustus 2012

Seabad Punah, Gagak Banggai Khas Sulawesi Ternyata Masih Ada

Seabad Punah, Gagak Banggai Khas Sulawesi Ternyata Masih Ada

burung
Gagak banggai (Corvus unicolor) yang dikira telah punah sejak seabad lalu ternyata masih ditemukan di habitat aslinya. Burung tersebut adalah salah satu spesies gagak khas Indonesia yang hidup di Pulau Peleng, Sulawesi.

Selama ini, para ilmuwan hanya mengetahui jejak kehidupan gagak tersebut dari dua ekor spesimennya yang ditangkap tahun 1900. Kedua sampel gagak banggai itu disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika di New York.

Namun, pada tahun 2007, seorang ilmuwan dari Universitas Indonesia bernama Mochamad Indrawan menemukannya kembali di habitat yang sama. Spesimen tersebut kemudian dikirim kepada Pamela Rasmussen, ahli zoologi dari Michigan State University, untuk dicocokkan dengan spesimen lain yang selama ini disimpan.
Rasmussen kemudian membandingkan spesimen yang baru dengan dua sampel yang berusia lebih dari satu abad. Hasil penelitian memastikan bahwa spesimen-spesimen tersebut dari satu spesies bukan anggota dari gagak hitam spesies lainnya Corvus enca.
“Analisis morfometrik yang saya lakukan menunjukkan, dari empat ekor spesimen yang kami tangkap, jelas berbeda dari spesimen enca. Kami juga menemukan kedua taksonomi tersebut mempunyai perbedaan warna mata, ciri yang penting untuk membedakan gagak,” kata Rasmussen. Keempat spesimen gagak banggai yang baru ditemukan itu saat ini disimpan sebagai koleksi Museum Zoologi Bogor di Cibinong.
Sejak gagak banggai ditemukan kembali, banyak pengamat burung di Pegunungan Peleng yang mulai merekam keberadaannya baik dalam foto maupun video. Sebuah foto gagak banggai bahkan telah muncul minggu ini dalam buku Handbook of the Birds of the World.
Mochamad Indrawan dari Universitas Indonesia, yang mempelopori penemuan ini, mulai fokus untuk melestarikan spesies langka yang sering diburu oleh warga lokal. Termasuk merekomendasi untuk menjaga hutan sebagai habitat hewan tersebut melalui sistem agrikultural yang berkelanjutan, atau mungkin dengan ekoturisme, untuk mencukupi kebutuhan hidup para warga lokal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar